Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Hidroponik Institut Shanti Bhuana, suatu kelompok organisasi UKM di ISB yang merupakan wadah pembelajaran pengetahuan pengembangan bisnis yang bergerak di bidang sayur. UKM Hidroponik mahasiswa magang mengikuti pelatihan bersama pihak SCORE yang bekerjasama dengan ILO (International Labor Office), ISB (Institut Shanti Bhuana), dan Universitas Katolik Parahyangan. Pelatihan dilakukan dengan mengisi formulir Baseline Assesment atau BLA SCORE (Sustaining Competitive and Responsible Enterprises) Training UNPAR Plus pada 12 November 2020. Pengisian formulir diperoleh masalah yaitu;
-Koordinator UKM tidak tetap.
-Kurangnya pengatahuan anggota baru.
-Belum adanya pengalihan tanggung jawab yang tepat bagi para anggota.
Kerja Praktik UKM Hidroponik dilakukan dengan mengikuti aktivitas para anggota UKM oleh mahasiswa magang selama satu bulan delapan belas hari, diikuti pada waktu yang telah ditetapkan sesuai jadwal kerja UKM. Mahasiswa magang melakukan tugas secara fleksibel, tidak hanya pada jam UKM pada hari Jumat pukul 14.00 WIB, kapan saja keperluan dan pemantauan dari pihak UKM.
Pelatihan tersebut mahasiswa berperan sebagai konsultan di UKM Hidroponik, Natalia Enes salah satu mahasiswa magang Institut Shanti Bhuana, mengatakan bahwa dalam aktivitas KP yang dilakukan disesuaikan dengan program yang diberikan pihak SCORE. Menurut observasi yang dilakukan mahasiswa magang diperoleh kesungguhan dari para anggota untuk memperoleh kinerja yang lebih baik dan terstruktur. Untuk mengetahui observasinya terstruktur dilihat dari struktur organisasi UKM Hidroponik yang jelas.
Brujo Ardulat, koordinator UKM Hidroponik tahun ajaran 2020-2021 mengatakan bahwa “Sangat perlu sekali motivasi dalam membangun kinerja dan semangat para anggota UKM, terutama dimasa pandemi ini”. Adanya pernyataan tersebut narasumber mengisyaratkan untuk melakukan dan menerapkan pelatihan yang diperoleh dari program SCORE. Setelah diperoleh persetujuan dari pihak koordinator UKM Hidroponik, dilakukan kegiatan dari evaluasi permasalahan yang ditemukan dengan menerapkan program SCORE 5S, yaitu sebagai berikut:
-Sisih, memisahkan barang yang dilakukan dan yang tidak, tujuannya untuk mengurangi barang yang terlalu banyak guna membedakan jenis dan kebutuhan.
-Susun, menata dengan baik barang yang diperlukan dengan rapi.
-Sasap, membersihkan area kerja dan peralatan dengan mencari penyebab kotornya.
-Sosoh, membuat standar dengan SOP dan program kerja yang diperlukan UKM.
-Suluh, membangun kedisiplinan dengan pelatihan kinerja, menjalankan kegiatan dengan komitmen, dan membangun budaya organisasi yang positif.
Program 5S dilakukan pertahap menggunakan target untuk mempermudah pelaksanaannya. Pelatihan kinerja tetap dilaksanakan sesuai jadwal UKM, setiap poin dilakukan dengan tahapan. Setiap hari jumat dilakukan program kegiatan yang telah ditetapkan, sebelumnya UKM Hidroponik belum memiliki struktur organisasi, konsultan dari mahasiswa magang menyarankan untuk membuat struktur organisasi, pengalihan tugas diberikan pada anggota UKM yang cukup menguasai bidangnya dengan tetap perlu dampingan dari koordinator UKM, adanya struktur organisasi ini memembangun tanggung jawab di dalam setiap pribadi anggota UKM untuk menjadi pribadi yang cekatan guna melakukan kewajibannya dalam melaksanakan tugasnya. Pembuatan jadwal yang dibuat koordinator umum melalui koordinator kecil yang telah mengajukan apa yang harus dilakukan menjadi sikap kritis yang dimiliki setiap angota.
Kegiatan setiap harinya dilakukan dengan sikap tanggung jawab, para anggota atusias dalam melakukan tugasnya diperoleh dari seorang mahasiswa yang merupakan koordinator kecil yaitu Marna yang mengatakan “Jadwal dalam pengecekan nutrisi sangat penting, kalau setiap anggota dapat bertanggungjawab dalam tugasnya, melihat kondisi air, dan memberi nutrisi sesuai takarannya pada setiap harinya maka akan diperoleh sayur yang sehat”. Ungkapan dari salah seorang mahasiswa yang menjadi anggota UKM ini sangat atusias dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan kesungguhan dalam mengembangkan UKM Hidroponik. Konsultan juga melihat bahwa perlu sekali papan informasi, SOP, dan rak untuk barang serta tata letak yang sesuai. Untuk masalah tata letak yang dilakukan adalah merapikan barang dengan menempatkan barang sesuai yang dibutuhkan untuk itu konsultan dan koordinator membuat inventaris barang untuk mengetahui barang apa yang bisa terpakai atau barang rusak.
Target dalam kegiatan UKM sangat membantu anggota UKM terlaksananya kegiatan dan harapan dari setiap anggota UKM. Dapat dilihat dari perkembangannya SOP mempermudah anggota UKM melalui prosedur yang ditetapkan, untuk itu banyak hal yang diperoleh berupa relasi, tim yang kompak, dan menghargai tanggung jawab. Koordinator umum UKM Hidroponik menyadari bahwa dalam melaksanakan tanggung jawab dengan memberi tanggungjawab sesuai kemampuan para anggota dengan melihat perkembangan relasinya, diperolehlah kemauan yang dinilai positif. Kerja Praktik yang dilakukan mahasiswa magang terhadap koordinator umum yang bertanggungjawab dalam mengelola UKM dinilai positif. Mahasiswa magang berperan sebagai konsultan di UKM Hidroponik sangat terbantu sekali karena adanya “Implementasi modul SCORE plus terhadap UKM Hidroponik”.
Proyek dan program dari konsultan yang diperoleh adalah jadwal kerja yang sudah berjalan, SOP pengelolaan sayur hidroponik sudah berjalan dan memerlukan koordinasi dengan Toko ISB, papan informasi digunakan untuk melakukan pencatatan pelaksanaan program kerja sudah berjalan, inventaris barang sudah berjalan, dan rak untuk barang (netpot, rockwool, nampan, nutrisi, mesin air, dll) sudah berjalan. Progress Kerja Praktik yang telah dilakukan memberi bebrapa perubahan yang baik bagi UKM Hidroponik.
Penulis: Natalia Enes