BENGKAYANG, ISB – Saya Anci Erzina alumni Institut Shanti Bhuana (ISB) angkatan ke II. Saya berasal dari kota bengkayang Kalimantan Barat. Sebagai angkatan ke II tentu saja banyak pengalaman menarik yang saya alami selama saya menjadi bagian dari institusi ini.
Pengalaman saya bermula dari tahun 2017 yang lalu saat dimana saya diterima dan menjadi bagian dari mahasiswa ISB, kala itu ISB masih berstatus Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM). Pada saat itu, sebagai mahasiswa baru tentu saja saya harus melakukan banyak penyesuaian diri, baik dengan segala aturan yang ditetapkan oleh kampus maupun dalam kebersamaan dengan teman-teman selama tinggal di Asrama ISB.
Segala pengalaman berharga yang saya alami saya merangkumnya dalam beberapa poin yang menurut saya sangat saya rasakan dalam membentuk kepribadian dan karakter saya saat ini.
Pertama, Hidup Berasrama. ISB memiliki aturan yang unik, dimana seluruh mahasiswa tingkat 1 dan tingkat 2 wajib untuk tinggal di Asrama dan sayapun pada saat itu sebagai seorang mahasiswa baru diwajibkan untuk masuk asrama. Ini adalah pengalaman pertama saya untuk belajar hidup berasrama, karena sebelumnya saya tinggal bersama orang tua saya.
Namun hidup di asrama ISB tidak seseram dan semenakutkan yang saya bayangkan. Saya sangat menikmati tinggal di asrama ISB, dengan pendampingan dan bimbingan para pembina, para Romo dan para Suster suasana asrama menjadi suasana yang sangat menyenangkan.
Banyak pegalaman yang saya dapatkan di asrama seperti kebersamaan yang erat, belajar untuk menjaga kekompakan dengan bekerja sama, saling memahami karakter pribadi yang beragam, saling menghargai, disiplin dan tentu saja ketekunan dalam hal berdoa. Menjadi anak asrama dengan jadwal yang padat di 2 tahun pertama membuat saya menjadi lebih bisa memanajemen segala hal dari sebelumnya.
Kedua, Budaya Cinta Kasih Amare. ISB adalah kampus yang mengedepankan cinta kasih dalam setiap pelayanan dan pendampingan kepada seluruh mahasiswanya. Penerapan budaya cinta kasih ini sangat jelas diwujudkan melalui Jadwal asrama, kegiakan akademik, kegiatan kerohanian, dan masih banyak kegiatan lainnya.
Dalam hal relasi, penerapan budaya cinta kasih dimaknai dalam tindakan berupa tidak adanya sikap senioritas diantara mahasiswa, adanya kedekatan antara mahasiswa dan Dosen, kedekatan antara mahasiswa dengan para Romo, para Suster dan juga Staff serta Karyawan di ISB. Penerapan atas budaya cinta kasih ini memberikan nilai tersendiri bagi saya untuk bisa saling menghargai dan menganggap orang lain sebagai saudara.
Ketiga, Pendidikan Karakter. ISB adalah kampus yang dalam pembinaan dan pendampingan kepada mahasiswa tidak hanya difokuskan pada pengembangan intelektual semata tetapi juga soal pembentukkan karakter. Selama saya mengenyam pendidikan di tempat ini banyak hal yang sudah saya alami, dari sisi pengembangan intelektual saya mendapatkan banyak hal terkait dengan cara berpikir kritis, menganalisa dan melatih saya untuk siap terjun ke dunia kerja. Selain itu dari segi pembentukkan karakter saya sangat merasakan cukup banyak perubahan dari segi sikap dan cara pandang saya tentang orang lain.
Banyak perubahan yang saya alami dalam diri saya meskipun tidak dapat diukur dengan skala, namun yang saya rasakan perubahannya dalam diri saya adalah jiwa kepemimpinan saya lebih terlatih, kemampuan public speaking semakin berkembang, aktif berorganisasi dan yang paling penting saya belajar banyak dalam hal berdoa terutama untuk mengasihi Tuhan.
Dari banyaknya pengalaman berharga yang saya terima selama mengenyam pendidikan di ISB, dalam hati kecil ku, saya mengungkapkan rasa bangga bahwa saya boleh menjadi bagian dari ISB tercinta ini.
Harapan saya untuk ISB sebagai alumni, saya sangat mengharapkan agar ke depannya ISB dapat berkembang dan berproses menjadi universitas dan tetap memegang teguh Visi dan Misi kampus serta nilai-nilai yang ditanamkan oleh kampus tetap dipegang dan diterapkan dengan begitu kampus kita ini dapat menciptakan pendidikan yang berkualitas dengan mahasiswa yang berintegritas sehingga dapat bersaing dengan kampus lain dan memajukan anak-anak di perbatasan.
Deum Amare Et Amatum Facere.
Author: Anci Erzina, S.M
Editor: Siprianus Jewarut, SS.,M.Pd