ISB Gelar Webinar Tumbuhnya Pengusaha Pangan Lokal Milenial

Program Studi Kewirausahaan Institut Shanti Bhuana (ISB), (Kamis, 29/4/2021) menggelar webinar dengan tema “Tumbuhnya Pengusaha Pangan Lokal Milenial”. Acara tersebut dihadiri sejumlah narasumber berkompeten, baik itu dari  pemangku kebijakan daerah maupun dari kalangan akademisi.

Dari pihak pemangku kebijakan dihadiri  Bupati Bengkayang Sebastianus Darwis, S.E., M.M. dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bengkayang Dr. Yan, S.Sos.,M.Si., sementara dari kalangan akademisi dihadiri oleh Prof. Dr. Hanny Wijaya, dosen Universitas IPB dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian.

Mengawali rangkaian Webinar yang dihadiri lebih dari 300 orang peserta tersebut, Rektor Institut Shanti Bhuana (ISB), Romo Marianus Dinata Alnija, S.S., M.Hum. menegaskan bahwa saat ini kita menghadapi era perdagangan bebas maka kita ditantang bukan hanya mempersiapkan sumber daya manusia yang siap kerja, melainkan juga harus mampu mempersiapkan dan membuka lapangan kerja baru. ”Ini merupakan kebutuhan yang mendesak di era milenial ini. Salah satu jawaban mempersiapkan lapangan kerja baru adalah dengan tumbuhnya pengusaha pengusaha lokal yang memanfaatkan sumber daya alam lokal yang menjadi ciri khas setiap daerah,” demikian ungkap Rektor.

Lebih lanjut Romo menegaskan, untuk merealisasikan hal ini, langkah awal ISB bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang adalah dengan mengadakan  webinar  dengan tema “Tumbuhnya Pengusaha Pangan Lokal Milenial”. “Tema ini menarik karena kita mencoba memaksimalkan, menggali, mengangkat kearifan-kearifan lokal ke permukaan sehingga memiliki daya jual di level yang lebih luas,” paparnya.

Rektor menjelaskan bahwa kearifan lokal sangat banyak, maka ini diperlu  dikembangkan secara optimal melalui berbagi inovasi dan kreasi kita bersama di dunia millenial ini. Pengembangan ini sejalan dengan tujuan pemerintah baik pusat maupun daerah  untuk meningkatkan pembangunan dengan lahirnya pengusaha pengusaha lokal. “Kita harus membuka lapangan kerja baru di era milenial ini, terutama peluang tumbuhnya pengusaha-pengusaha lokal milenial. Banyak potensi alam yang masih tertidur karena belum kita gali pada tingkat yang lebih luas,” pungkas Romo.

Ia berharap dengan adanya webinar tersebut pengusaha muda di Bengkayang bisa dipacu dan dipicu semangatnya untuk giat mengembangkan pangan lokal.

Jagung Menjadi Komoditas Potensial Kabupaten Bengkayang.

Bupati Bengkayang Sebastianus Darwis, S.E., M.M.,  dalam webinar tersebut memaparkan sejumlah potensi unggul tanaman pangan di Kabupaten Bengkayang. Ia menjelaskan bahwa banyak potensi komoditas pertanian yang perlu dikembangkan di Kabupaten Bengkayang, dan saat ini pihak pemerintah memberi fokus pada pengembangan produktifitas jagung yang tersebar di 122 desa di 70 kecamatan. “Saat ini kita fokus pada pengembangan produktifitas jagung, lahan yang sudah tersedia sekitar 30.036 hektare yang menyebar di tujuh kecamatan. Saat ini produksi jagung di Kabupaten Bengkayang menyumbang sekitar 60 persen untuk kebutuhan jagung di seluruh Kalimantan Barat,” demikian ungkap Bapak Darwis.

Saat ini, demikian lanjutnya, kita sudah melakukan kerjasama dengan pihak Kementerian Pertanian, sekitar 1000 ton bibit jagung disediakan untuk ditanam pada lahan pertanian yang ada. “Kita menginginkan Kabupaten Bengkayang sebagai Kabupaten Jagung, kita juga berharap Kabupaten Bengkayang bisa handal dalam produktifitas jagung,” paparnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa untuk mencapai mimpi tersebut, pihaknya menggandeng banyak pihak termasuk kaum milenial untuk ikut terjun dalam pengembangan pangan lokal. Pasalnya kehadiran kaum milenial diharapkan memberikan sentuhan baru disektor pertanian dengan upaya inovasi dan kreasi baru. “Kalau selama ini jagung hanya digunakan untuk pakan ternak saja, harapan saya anak muda memberikan kreasi dan inovasi baru. Jagung ini bisa dikreasi dengan banyak hal,” ujarnya.

Ia menegaskan, selain komoditas jagung yang menjadi andalan Kabupaten Bengkayang adalah ubi jalar. Untuk ubi jalar sendiri pemerintah Kabupaten Bengkayang sudah menyediakan lahan seluas 128 hektare tersebar di dua kecamatan. Kemudian komoditas lain yang dikembangkan  adalah ubi kayu dengan luas lahan 331 hektare di tiga kecamatan, talas 45 hektare dan komoditas lain berupa pisang, durian, papaya dan alpukat. “Ini potensi pangan lokal kita, tinggal dikembangkan. Kita akan mengupayakan proses pengembangan dari aspek hulu sampai ke hilir dengan menggandeng banyak pihak,” demikian pungkasnya.

Senada dengan penjelasan Bupati, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bengkayang Dr. Yan, S.Sos., M.Si. kembali mengungkapkan bahwa Kabupaten Bengkayang memiliki potensi alam yang sangat luar biasa yang perlu untuk dikembangkan. Menurutnya pemerintah Kabupaten Bengkayang dalam misi pemerintah yang ke-empat sangat jelas ditekankan bahwa, pemerintah memiliki fokus pada upaya peningkatan hasil pertanian di Kabupaten Bengkayang. “Kita memiliki banyak potensi dibidang pertanian dari pesisir sampai perbatasan, tinggal kita mengelolah dan mengembangkan potensi yang ada,” ungkapnya.

Ia mengajak kepada para kaum milenial agar mulai ambil bagian dalam sektor pertanian dan berusaha mengembangkan sektor ini dengan kreatifitas dan inovasi. Ia pun menantang kaum milenial untuk ikut membangun Kabupaten Bengkayang dengan mau ikut dalam sektor usaha pertanian. “Jangan bertanya apa yang diberikan daerah kepada saya tetapi, bertanyalah apa yang saya bisa berikan kepada pemerintah daerah,” demikian pungkasnya.

Lulusan Perguruan Tinggi Harus Menjadi Lokomotif dan Bukan Gerbong dalam Dunia Usaha

Prof. Dr. Hanny Wijaya, dosen IPB dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian yang menjadi pembicara kedua dalam webinar tersebut memberi penekanan bahwa dalam dunia usaha dibutuhkan generasi muda yang penuh kreasi dan inovasi dan salah satu tempat yang menyiapkan generasi muda yang kreatif adalah di perguruan tinggi. “Lulusan perguruan tinggi harus bisa menjadi lokomotif dalam dunia usaha dan bukan hanya sebagai gerbong,” demikian tegas Prof. Hanny.

Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa saat ini pemerintah memberikan ruang yang sangat besar kepada perguruan tinggi untuk berinovasi memaksimalkan semua potensi alam yang ada di Indonesia. Saat ini jumlah populasi masyarakat Indonesia berbanding terbalik dengan peningkatan SDM masyarakatnya. “Mari kita ubah mindset agar jumlah populasi sejalan dengan peningkatan SDM masyarakatnya,” ujarnya.

Menurutnya perguruan tinggi perlu secara rutin melakukan penelitian pada sektor yang bisa langsung dirasakan hasilnya oleh masyarakat banyak. “Banyak sekali dana yang dikeluarkan oleh pemerintah, selain untuk edukasi tetapi juga untuk melakukan riset,” tegasnya. Kepada kaum milenial, Prof. Hanny mengatakan bahwa kaum milenial memiliki potensi yang besar di dunia usaha. “Karena kaum milenial sangat inovatif dan kreatif, tantangan dalam dunia usaha pasti ada, kalau tidak ada tantangan juga tidak asik, jadi yang penting ada motivasi untuk berusaha memanfaatkan pangan lokal yang ada,” pungkasnya.

Penulis:  Spr
Editor: Sr. Priscilla, PKarm