Hari Jumat, 16 April 2021 Institut Shanti Bhuana mengadakan rekoleksi. Kegiatan ini merupakan agenda bulanan yang dilaksanakan di Institut Shanti Bhuana. Rekoleksi ini dihadiri oleh seluruh pimpinan institusi, dosen, karyawan dan semua mahasiswa di bawah naungan Yayasan Santo Yohanes Salib. Tema yang diangkat dalam rekoleksi ini adalah “Panggilan Institut Shanti Bhuana”.
Rekoleksi kali ini menjadi sebuah kesempatan istimewa bagi keluarga Amarean, di mana bapa pendiri Romo Yohanes Indrakusuma, CSE berkenan menjadi nara sumber dan pembicara tunggal dalam kegiatan tersebut.
Rekoleksi yang dimulai pada pukul 08:00 tersebut didahului dengan puji-pujian yang sungguh menggelorakan hati dari para mahasiswa/i Institut Shanti Bhuana. Di awal sesi wakil Rektor IV Romo Ferry Hartono, CSE. mengingatkan kepada semua peserta untuk mempersiapkan diri dengan baik dan mengikuti rekoleksi dengan serius dan khidmat.
Bapa pendiri di awal rekoleksi mengajak semua peserta untuk kembali menyadari semangat awal pendirian Institut Shanti Bhuana.
“Kita perlu sadari bahwa tujuan didirikannya Institut Shanti Bhuana, bukan hanya untuk mencetak sarjana-sarjana yang handal dalam bidangnya, tetapi juga bermoral mendalam dan beriman tinggi. Kemudian tujuan lain adalah sebagai universitas katolik. Inilah tempat penggodokan mahasiswa/mahasiswi untuk lebih beriman dan memiliki semangat berbagi kasih Allah kepada yang lain,” demikian ungkap Romo Yohanes.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan “Deum Amare et Amatum Vacere” yang memiliki arti mengasihi Allah dan menjadikan Allah dikasihi. ”Setelah anda mengalami sendiri kasih Allah maka itu juga yang anda bagikan kepada yang lain. Maka diawal setiap tahun perkuliahan selalu dilaksanakan retret, harapannya para mahasiswa bisa membagikan kasih Allah itu kepada orang lain dan ini adalah misi yang sangat indah,” demikian tegas Romo.
Dalam sesinya, Bapa pendiri menekankan bahwa kalau kita menerima kasih Allah bukan karena kita baik tetapi karena sesungguhnya Allah lah yang begitu mengasihi kita. “Maka setelah kita menerima kasih Allah, apa yang bisa kita berikan kepada Tuhan sebagai balasannya? Tidak ada! Tetapi satu hal bahwa Tuhan rindu agar semakin banyak orang mengalami kasih Allah dan membawa semakin banyak orang untuk mengasihi Allah” demikian ungkapnya.
Romo menegaskan bahwa dalam pewartaan Injil, bisa saja menggunakan berbagai metode dan teori yang canggih, tetapi tanpa kehadiran Roh Kudus semuanya itu tidak ada artinya. “Hanya di dalam Roh Kudus kita dapat mengatakan ya Abba ya Bapa,” pungkasnya.
Dalam kegiatan rekoleksi yang dilakukan secara daring melalui aplikasi Zoom tersebut, Romo berharap agar lulusan Institut Shanti Bhuana menjadi saluran berkat dan rahmat kepada orang lain di manapun kemudian hari mereka diutus. Kegiatan rekoleksi ini berjalan dengan sangat baik dan lancar, semua peserta mengikuti sesi dengan penuh antusias.
Penulis: Spr
Editor: Sr. Priscilla, PKarm